"Mau sampai kapan?" kamu memandangku sinis.
"Kan sudah kubilang, aku menunggu waktu yang tepat," hening sejenak.
"Kamu ini. Kita takkan bisa selamanya bersiap-siap untuk siap," kamu angkat bicara. Aku menghela nafas panjang.
"Jadi bagaimana baiknya?" tanyaku.
"Berhenti menunda-nunda lagi. Tidak perlu takut. Lakukan saja, ciptakan ketepatan waktumu sendiri,"
"..."
"Memangnya kamu mau, terus-terusan menunggu?"
"Maksudmu, aku harus pergi?"
"Kurasa iya," kamu tersenyum, kemudian melanjutkan, "tidak perlu khawatir, Tuhan kita tidak pernah menyia-nyiakan usaha setiap hamba-Nya."
Aku diam. Memandangmu, kemudian kembali menghela nafas --kali ini panjang sekali.
"Doakan aku," ujarku setelahnya.
No comments:
Post a Comment