Sunday, May 27, 2018

Tulisanmu, Harimaumu


Kemarin, salah seorang sahabat mengirimkan pesan kepada saya.

“Aku lagi baca blog Riris. Kangen Riris.”

Saya menyadari bahwa lama sekali agaknya laman ini tidak diisi. Padahal, kalau boleh jujur, bahan mentah yang siap dimasak jadi tulisan ada begitu banyak, terlebih dalam satu-dua tahun belakangan. Tapi mungkin memang tekad saya yang melemah, atau mungkin saja memang saya butuh waktu lebih untuk mengoreksi ulang segala sesuatu. Belakangan, ada banyak kejutan yang membuat saya memperkecil saringan dalam menulis. Takut kalau-kalau lebih banyak unfaedah-nya daripada yang berfaedah.

Semakin kesini, saya semakin percaya bahwa tulisan memiliki power yang kuat. Melalui tulisan, kita bisa belajar mengenali orang lain. Tulisan sedikit-banyak menggambarkan pola pikir, latar belakang, hingga keadaan emosional seseorang. Belum lagi jika tulisan itu dalam bentuk tulisan tangan. Bahkan ada ilmu tersendiri yang mempelajari analisis tulisan tangan seseorang; grafologi. Melalui tulisan juga, kita bisa terpengaruh. Sebagaimana apa-apa yang kita baca akan masuk ke dalam pikiran kita dan mempengaruhi cara berpikir kita. Jadi tidak salah-salah amat kalau orang bilang, kenali seseorang melalui buku-buku yang dibacanya. Tidak salah juga kalau ada yang bilang, kenali seseorang melalui tulisannya.

Uniknya, kadang tulisan seseorang yang kita jumpai seolah tidak menggambarkan keadaan dirinya di dunia nyata. Jangan buru-buru menjuri bahwa apa yang dilakukannya adalah pencitraan. Jangan pula tergesa menilai bahwa dirinya di kehidupan nyata yang kita temui sehari-hari ternyata merupakan kamuflase dari perwujudan aslinya yang tergambar melalui tulisannya. Kepribadian manusia sungguh tidak sedangkal itu. Boleh jadi kesemuanya itulah satu kesatuan dirinya. Ramuan antara idealisme, kenyataan, harapan, ketakutan, pengalaman, dan seperangkat turunan lain yang membentuk kepribadiannya. Jadi jika memang kita dituntut untuk menilai seseorang, nilailah secara utuh dari berbagai macam aspek, bukan hanya dari satu sisi saja. Agaknya itu akan jauh lebih adil.

Menulis punya power yang kuat. Apalagi di era sosial media seperti saat ini. Tidak perlu jauh-jauh bicarakan soal deret manusia yang terjerat kasus ‘hanya’ bermodalkan tulisannya di dunia maya. Bagi saya sendiri, menulis menjadi jalan untuk bertemu banyak orang. Padahal ya masih sakieu ayana tulisan saya mah. Tapi begitu saja, rasanya seperti menemukan teman-teman yang kenalnya bukan dari kesamaan lembaga sekolah, lingkaran pertemanan, melainkan dari kesamaan ide dan gagasan. Menyenangkan, bukan? ketika kita mengenal seseorang berawal dari ide-ide dan pemikirannya. Yah, salah satu contohnya saja pertemuan saya dengan Dede, partner saya dalam menulis buku TEMU (oh ya, saya belum pernah cerita tentang TEMU disini. Mungkin kapan-kapan. Atau yang mau tahu bisa langsung mampir ke akun instagram @selariktemu).

Buku TEMU
Saya jadi ingat, ketika masih duduk di bangku kelas 10 Aliyah, waktu itu kelas kami mengadakan perjalanan ke Monumen Nasional bersama Wali Kelas. Di atas menara Monas, kami membuat lingkaran, lalu masing-masing menjiplak tangan di atas kertas untuk kemudian di gambar. Pak Away, wali kelas kami, lantas meminta untuk kami menuliskan cita-cita kami di atas kertas itu. Saya masih ingat jelas salah satu kalimat yang saya tuliskan; “i wanna change the world; with my own way!” Bukan tanpa alasan saya menuliskannya, dan kalimat itu jelas bukan hal yang utopis.

I wanna change the world with my own way. Saya yakin, setiap orang memiliki potensi untuk berkiprah dan memberikan kebermanfaatan bagi orang lain dalam kehidupannya. Sebab telah dikatakan juga, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Bagi saya, mengubah dunia adalah dari diri sendiri, kemudian orang-orang sekitar. Tidak perlu menunggu nanti untuk “change the world”. Sebab saya telah merasakannya sendiri. Bahwa hidup saya berubah oleh kasih sayang, oleh kebaikan, oleh motivasi, oleh senyum, yang saya dapatkan dari orang lain. Sebab saya tahu rasanya hidup saya berubah yang tadinya tengah terpuruk, berubah karena ada seseorang yang mau mendengarkan, memberi nasihat, membimbing, dan mendoakan kebaikan-kebaikan untuk saya. Saya juga merasakannya sendiri, bagaimana tulisan dapat menjadi agen perubahan dalam hidup saya. Manakala saya membaca tulisan orang lain tanpa mengenal sosok penulisnya, namun pesan-pesan kearifan hidup dapat saya maknai dan memberikan hikmah. Sebab saya juga mendapati sendiri, bagaimana ulama-ulama terdahulu mengubah dunia melalui pena nya. Mereka hidup dalam karya-karya. Hei, betapa indah jika karya itu menjadi jembatan menuju syurga, kan? tidak hanya mengubah dunia, tapi juga “mengubah” akhirat!

Mengingat kiprah para ulama yang menulis, semakin kesini saya semakin sadar, kefakiran ilmu dan kurangnya adab lah yang menjadikan tulisan tak ubahnya seperti pepesan kosong. Iya kosong, nggak ada isinya L atau yang lebih mengerikan lagi, jikalau tulisan-tulisan itu justru menjadi bumerang dan ternyata membuat pembacanya ibarat menenggak racun; buang-buang waktu, memahami hidup dari sudut pandang keliru, atau yang paling mengerikan, membuat si pembaca jauh dengan Rabb yang Mahatau.

Agaknya kalimat “i wanna change the world with my own way” harus sedikit direvisi, barangkali menjadi “i wanna change the world (to be better) with my own way” atau “i wanna create the better world with my own way”  atau “i wanna make the world better with my own way” atau terserah lah apa yang bagus. :’D da intinya begitu.

Ada banyak kebaikan-kebaikan kecil yang bisa kita lakukan. Saya ingat pesan salah satu guru terbaik saya, Ibunda Evi, beliau berpesan pada saya; “jangan pernah lelah berbuat kebaikan sekecil apapun, Rizky. Sebab kita tidak pernah tahu amal kebaikan yang mana yang akan mengantarkan kita ke syurga!” jazaakillahu khaiir Bu Evi :’)

Intinya tulisan ini ingin mengatakan bahwa bukan hanya mulutmu yang harimaumu, tapi juga tulisanmu harimaumu. Perhatikan apa-apa yang kita ungkap, baik melalui lisan maupun tulisan, sekecil apapun itu. Sebab, terlebih di era seperti saat ini, kita tidak pernah tahu ada berapa banyak orang yang mendengar ucapan kita, yang membaca tulisan kita. Kita tidak pernah tahu, dampak sebesar apa yang kita perbuat dengan harimau kita itu. Watch (y)our words. Tulisan memiliki power yang kuat (power yang kuat teh maksudnya gimana sih? ya begitu lah. Kekuatan yang kuat. Kuat kuadrat (?)). Mungkin bisa melengkapi nasihat Ibunda Evi; hati-hati melakukan keburukan sekecil apapun, karena kita tidak tahu amal keburukan yang mana yang akan mengantarkan kita ke neraka! :''(

Saya juga mau minta maaf jikalau ada tulisan-tulisan saya yang tidak berkenan. Saya sangat menerima masukan. Jika memang ada yang keliru, tolong sampaikan saja dan nasihati saya. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi saya untuk menerima nasihat, aamiin... Terakhir, terimakasih ya, sahabat yang laporan habis baca blog. Saya nyaris lupa masih punya blog. Barangkali harus ada postingan-postingan yang diterka ulang dan difilter, khawatir unfaedah. Hatur nuhun J

Selepas hujan di Jakarta,
11 Ramadhan 1439 H