Sunday, July 4, 2021

Untukmu yang Nyaris Putus Asa

Katanya, seseorang yang mencintai akan sangat sulit berputus asa pada orang yang dicintainya. Duh, maksudnya bagaimana?

Begini. Ketika seseorang telah memberikan cintanya, maka satu-dua keburukan orang yang dicintainya takkan membuatnya sedemikian mudah berputus asa. Akan ada seribu satu alasan yang menjadikannya layak untuk dimaklumi. Pikiran seperti "Oh, mungkin aku harus bersabar sedikit lagi. Aku yakin dia bisa menjadi lebih baik setelah ini," barangkali tak asing mampir dalam benaknya.

Ya, dia punya begitu banyak alasan untuk tidak berputus asa pada orang yang dicintainya. Ia memberikan peluang nyaris tak hingga untuk memenangkan harapan yang ada dalam hatinya. Koreksi ya, kalau aku keliru. Sebab ini tebak-tebakanku saja. 

Tapi uraian setelah ini bukan tebak-tebakan. Sungguh.

Aku dengar, kabarnya akhir-akhir ini kamu tengah nyaris putus asa. Benarkah? Jika tidak, semoga Allah mudahkan hatimu untuk selalu menaruh harap yang utuh, penuh keyakinan kepada-Nya saja. Aamiin. Namun jika iya, semoga "nyaris" itu tak berubah jadi "sudah".

"Dosaku banyak banget. Aku malu minta lagi sama Allah."

"Kalau orang seburuk aku, apa iya akan dapat ampunannya Allah?"

"Aku capek. Minta dari dulu juga nggak pernah dikabulkan."

"Aku sudah banyak buat salah. Kayanya aku memang bukan prioritas Allah."

"Terlalu banyak orang soleh di dunia ini. Aku cuma remah-remah rengginang untuk minta ini-itu sama Allah."

Apa pikiran-pikiran seperti itu pernah terlintas dalam benakmu? Jika iya, apakah di saat yang bersamaan hati kecilmu masih meyakini bahwa Allah Maha Mendengar, Allah Maha Melihat, Allah Maha Pengampun, dan Allah Maha Mengabulkan Do'a?

Bersyukurlah. Tidak semua orang diberi nikmat menyadari akan keberadaan Allah. Tidak semua orang diberi nikmat menyadari bahwa dirinya tak punya daya apa-apa di hadapan Allah.

Jika memang kamu nyaris putus asa, agaknya ada satu hal yang perlu kamu ingat. Cintanya Allah bukan seperti cintanya manusia. Cinta Allah pada hamba-Nya sungguh tak sebanding dengan cinta manapun yang ada di dunia. Bahkan cinta seorang ibu pada anaknya pun, tak seberapa besar jika dibandingkan dengan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Jika manusia saja sebegitu teguh memperjuangkan dan tak putus asa atas orang yang dicintainya, bisakah kamu bayangkan betapa luar biasa cintanya Allah?

Dosa-dosamu mungkin menggunung. Tak terhitung. Tak terbendung.

Kesalahanmu, prasangka burukmu, ketidakyakinanmu, semuanya membuatmu sedemikian ragu. Tapi tidakkah kamu ingat, dengan siapa kamu tengah bicara cinta?

Ini bukan manusia. Inilah penciptanya manusia. Cinta-Nya tak sedangkal itu. Cinta-Nya tak bergantung pada apapun. Kamu mungkin pendosa, tapi rahmat Allah lebih besar bahkan dari semua dosamu itu. Kamu mungkin nyaris putus asa, tapi pertolongan-Nya nyata dan bukan isapan jempol belaka. Ingatlah kepada siapa kamu tengah bicara soal cinta. Bukankah seorang pendosa pun memiliki peluang besar untuk meraih cinta-Nya? Sungguh Allah mencintai tangisan seorang pendosa yang bertaubat.

"Bagaimana jika bahkan taubat ku pun berantakan?" benakmu bicara lagi.

Jikalau taubatmu bahkan berantakan, maka bertaubatlah lagi dan lagi. Bertaubatlah atas taubat yang berantakan itu. Datanglah pada Allah dengan semua kelemahan dan ketidakberdayaan diri. Meskipun berkali-kali kamu harus kembali, sungguh Allah Maha Mengetahui. Ia melihat setiap inci usaha hamba-Nya. Ia tahu betapa hati kecilmu ingin dicintai-Nya. Syaithan yang membangkang-Nya dengan terang-terangan pun dikabulkan pintanya oleh Allah. Mengapa kamu ragu, merasa do'amu tak didengar-Nya?

Ada yang bilang, cinta bukan kata benda melainkan kata kerja. Yah, aku sedang tidak ingin membahas itu. Yang ingin aku sampaikan adalah, bahwa cinta pun membutuhkan pembuktian. Barangkali keadaan dan ujian yang kamu hadapi semata-mata adalah ajang pembuktian. Bukan, bukan pembuktian untuk-Nya, melainkan untuk dirimu sendiri. Apakah segenap pengakuanmu di hari kemarin bahwa kamu mencintai Dia dan Rasul-Nya, sungguh-sungguh kamu perjuangkan?

Jadi, jika kamu tengah nyaris putus asa, ketahuilah bahwa kamu tidak sedang berurusan dengan manusia. Sungguh, cinta-Nya tidak sedangkal itu. Tuhanmu itu tidak pergi dan tidak pula meninggalkanmu. Pun, semoga cintamu tak sedemikian kering hingga kehilangan prasangka baik kepada-Nya, ya. Mari kita aamiin-kan sama-sama.



Ditulis di Bandung,

28 Juni 2021