Sunday, December 20, 2015

Balada Assalamu'alaikum

Setiap tulisan akan menemukan pembacanya.
(Hilyatul Fadliyah, 2015)

Beberapa bulan belakangan, entah bagaimana saya mendapati sapaan salam melalui orang-orang yang sebelumnya tidak dikenal. Dari kesemuanya, saya menarik sebuah kesimpulan sederhana: Allah sungguh-sungguh tidak pernah kehabisan cara berbincang dengan hamba-Nya.

Lucu dan menarik sekali –setidaknya bagi saya- ketika kita tengah menghadapi suatu hal entah apakah itu pemahaman, permasalahan, pilihan, atau mungkin ujian, dan kita bertanya serta bercerita pada Allah, lantas tahu-tahu ada mereka (yang tidak tahu darimana asalnya) menyapa dan secara tidak langsung menjawab persoalan. Dalam beberapa hal juga menjadi sarana Allah menguji kesungguhan, keyakinan, dan keimanan.

Salah satunya adalah ketika suatu pagi beberapa hari lalu, saya menerima rentet pesan dari seorang adik yang sekitar empat bulan lalu menyapa saya dengan salam ramahnya. :)

“Kak, tolong nasihati aku,” begitu bunyi penggalan pesan pagi yang ia kirimkan. Membaca kalimat-kalimat setelahnya, membuat saya tersenyum dan takjub pada Allah. Terkait dengan akademik, ia bertanya tentang bagaimana agar bisa memanfaatkan waktu dengan baik, bagaimana bisa mengatasi rasa rendah diri, bagaimana mengatasi perasaan bersalah atas waktu-waktu terlewat yang menurutnya kurang optimal.

Saya jadi ingat dengan salah satu percakapan di masa Aliyah. Suatu ketika ada seorang kawan yang menghampiri saya sambal menangis. Ia bercerita tentang salah satu nilai mata pelajaran yang hasilnya di bawah standar, dan harus diremedial. Waktu itu, saya tengah turun dari tangga asrama. 

“Ririiis.. aku remed kimianya…” pipinya basah. Saya menepuk-nepuk pundaknya dan berusaha mendengarkan dengan baik. 

“Iya, gak apa-apa,” jawab saya sekenanya sambal tersenyum simpul, "semangat yaa," ujar saya lagi. Lantas menarik nafas dalam-dalam. Hhe :D

“Riris gimana? Ga remed ya mesti” ia berkata, masih dengan air mata yang bercucuran. Mendengarnya, saya tertawa.

“Alhamdulillah, remed juga kok” jawab saya.

**

Saya bercita-cita untuk menjadi seorang pendidik, dan tidak pernah menyangka sebelumnya, bahwa cita-cita itu mampu memberikan saya kekuatan semacam ini. Berusaha menjadi ‘orang-orang Alhamdulillah’. Jangan dikira saya tidak sedih, tentu saja saya memiliki perasaan itu. Jangan dikira saya tidak kecewa, tentu saja sebagai manusia, kecewa itu ada. Saya hanya berusaha untuk selalu memiliki prasangka baik kepada Allah. Hei, hidup ini bukan melulu tentang nilai kuantitatif yang mampu dilihat manusia. Saya memiliki keyakinan bahwa apapun yang Allah takdirkan terjadi kepada saya, tidak pernah merugikan saya sedikit pun. Kita hanya perlu lebih jeli melihat segala sesuatu.

Waktu itu saya selalu berfikir bahwa Allah memfasilitasi saya yang ingin menjadi seorang pendidik agar pernah mengalami berbagai macam kondisi. Karena kelak, akan ada lebih banyak kondisi yang dialami oleh mereka yang akan saya didik nantinya. Saya harus mampu memahami dengan baik mereka satu per satu, bukan? Mungkin ini salah satu sarana dari-Nya. Jadi, kenapa tidak kita nikmati saja? Toh mau jungkir-balik pun, apa yang terjadi takkan pernah bisa ditarik lagi. Dan juga, sebenarnya ini sungguh nikmat yang patut disyukuri. Kapan lagi mendapat training gratis? Hhe :)

Lalu untuk kamu yang minta dinasihati, ketahuilah bahwa pesanmu justru menasihati Kakak, Dik. Terimakasih sudah bertanya. Semoga apa yang Kakak tuliskan ini bisa bermanfaat.

1. Makna. Pertama, penting bagi kita untuk memahami makna dari kata ‘belajar’ itu sendiri. Kalau kita memaknai kata 'belajar' hanya seputar kelas, tugas, angka, dan nilai, maka percayalah bahwa kita tidak akan pernah merasa cukup; tidak pernah merasa bersyukur.

2. Hargai Proses. Belajarlah menghargai proses. Berbahagialah atas hasil, seberapa pun itu,  ketika kita tahu bahwa kita telah mengusahakan yang terbaik. Silahkan merasa sedih dan meningkatkan diri, ketika kita menyadari bahwa proses yang kita lalui jauh dari baik. Bawa konsep ini pada doa-doa kita. Mulai meminta dikaruniakan proses yang semerbak alih-alih memohon agar diberi hasil yang menawan. Silahkan minta kedua-duanya. Dia Mahakaya. Tapi jangan lupa maknai setiap pinta kita. Iktiarkan, usahkan. :)

3. Ikhlas. Mengikhlaskan. Apapun yang telah terjadi, takkan pernah mampu kita menarik kembali. Ihlaskan jika ada waktu yang terbuang percuma. Ikhlaskan jika ikhtiar kita dirasa kurang optimal. Ikhlaskan, namun bukan berarti membiarkan. Yang lalu silahkan ambil pelajarannya, sekarang bagian kita adalah melakukan yang terbaik pada titik dimana kita berdiri. Bangkit!

4. Ingat Allah. Benar bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang. Ingat bahwa Allah tidak pernah mewajibkan kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Sama sekali tidak. Tapi Allah, dalam firman-Nya, jelas-jelas melarang setiap hamba untuk berputus asa. Jadi sebenarnya, kita sebagai orang-orang yang mengaku beriman, tidak punya pilihan lain selain berjuang dan terus melaju. Secompang-camping apapun keadaan kita, semiskin apapun daya yang kita punya. Kita tidak punya pilihan. Dan tidak perlu pusing memikirkan hasil, itu murni hak Allah. Tugas kita sesederhana ‘tidak berputus asa’. :)

5. Lihat. See beyond the eyes can see. Banyak manusia yang dapat menggunakan matanya dengan baik, tapi tidak dengan mata hati. Sesungguhnya yang buta bukanlah mata, melainkan hati. Lihat segala apa yang Allah berikan kepada kita menggunakan mata hati. Saksikan kausalitas hidup yang ada, nikmati keindahan dari Dia. Mungkin kita bertemu dengan orang-orang tertentu atas apa yang kita nilai sebagai ujian, mungkin kita mendapatkan kesempatan berbagi atas waktu-waktu yang sempat kita nilai terbuang percuma. Pandai-pandailah menggunakan mata hati.



Terimakasih untuk bertanya,
tidak perlu sungkan-sungkan mengucapkan salam lagi.
Semoga bisa berjumpa kapan-kapan. :) jazakumullahu khairan katsiiran.

Oh iya, terimakasih sudah menjadi salah satu sarana Allah menunjukkan kebesaranNya.
SEMANGAT! yang disinipun mohon doa agar dikuatkan. Karena selalu ada ujian dan tanggung jawab dalam setiap kata yang dilisankan.

No comments:

Post a Comment