Thursday, December 17, 2015

Kenapa Mendongeng?

Pada postingan sebelum ini, saya berbagi tentang kuliah umum berupa pelatihan konseling oleh Ibu Neti Lesmanawati yang diselenggarakan oleh Departemen IKK (Ilmu Keluarga dan Konsumen) Fakultas Ekologi Manusia IPB pada 21 November 2015 lalu.

Pada kuliah umum tersebut, selain ibu Neti ada pula Kak Ojan. Pemilik nama asli Ahmad Fauzan ini memberikan kami wawasan tentang dunia perdongengan. Beliau adalah seorang pendongeng nasional yang telah menyampaikan dongeng untuk anak-anak di berbagai daerah Indonesia. Mulai dari anak-anak Timika Papua, anak-anak Rohingnya yang mengungsi di Aceh, juga korban asap di Kepulauan Riau. Kak Ojan bersama para pendongeng lainnya menghibur dan mengedukasi anak-anak.

Sebelum memulai presentasinya, Kak Ojan mengajak kami menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang definisi mendongeng. Ketika ditanya "Siapa disini yang pernah mendongeng?" untuk pertama kalinya, dari sekitar 100 mahasiswa, hanya dua orang yang mengacungkan tangan. Namun setelah kami menyamakan persepsi bahwa mendongeng adalah bercerita, semuanya mengaku pernah. Siapa pula yang dalam hidupnya tidak pernah bercerita?


Lantas kenapa mendongeng?

Ada begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan mendongeng. Meningkatkan kelekatan antara pengasuh dengan anak, memperluas literasi-kosakata anak, juga hal yang baru saya dapatkan adalah bahwa mendongeng mencakup tiga tipe belajar anak (visual, auditori, dan kinestetik). Ini merupakan sarana luar biasa untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak –dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan kepada anak. :)

Kabar gembiranya adalah, mendongeng bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan dengan biaya yang murah. Kita hanya butuh mengalokasikan waktu untuk melakukan kegiatan mendongeng. Kak Ojan mengajarkan pada kami tentang hal-hal apa saja yang harus diperhatikan ketika mendongeng di depan anak-anak. Pastikan cerita dan gaya bahasa yang kita gunakan sesuai dengan mereka, Kemudian hal yang paling penting adalah tetapkan tujuan. Berdoalah sebelum memulai dongeng, dan niatkan, bahwa apa yang kita lakukan semata-mata adalah untuk mengedukasi anak-anak, menyampaikan nilai-nilai kebaikan. Jadi kita tidak perlu dibuat was-was seperti "Ng.. nanti kira-kira mereka tertawa nggak ya??"

Oh iya, untuk berdoa, Kak Ojan menyebutkan doa nabi Musa yang mahsyur sekali, Begini bunyinya:

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْ
Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”

Jadi, alih-alih membiarkan anak-anak asyik di hadapan gadget, layar hp, komputer, atau televisi sendirian, lebih baik mengajaknya berdiskusi dan bercerita :D bantulah mereka menjadi generasi masa depan yang mencintai ilmu, kreatif, inovatif, mencintai sejarah, gemar membaca buku, kaya bahasa, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, cerdas emosional, berpengetahuan luas, dan -tentu saja- mencintai Rabb-nya. :) Kabarkanlah mengenai kisah-kisah hikmah yang mampu menjadi bahan bakar bagi gerak motor karakter mereka.

No comments:

Post a Comment