Adalah bangga yang
kami rasa.
Adalah takjub kepada
Sang Esa.
Siapa pula tiada
bahagia?
Jika lahir dari tanahmu yang kabarnya subur mendunia.
Jika meneguk dari
airmu yang katanya tiada dua.
Namun entah siapa
yang menaruh pinta.
Lantas bangga hanya
jadi sejarah belaka.
Terkikis seiring
berganti masa, bergulir waktu secepat cahaya.
Memudar, terlupa. Menghilang,
nestapa.
Duhai, kemanakah
bakti para penghuninya?
Maka, wahai Ibunda…
Mohon izinkan kami
mengudara.
Melintasi cakrawala
samudra.
Terbang mengangkasa
di lautan raya.
Menyelami sukmamu
yang menggugah jiwa.
Menyapamu dengan
aksara cinta.
Karena meski kami
tiada merindu bangga,
kami rindu hamparan
airmu yang jadi permata.
Koleksi pribadi, diambil di pantai Sawarna, Banten pada 2012. |
“Kau takkan pernah
mampu menghindari ombak.
Gunakan papan selancarmu, dan menarilah bersamanya.”
Bogor, 17 September 2014
No comments:
Post a Comment