كهيعص
"Kaaf
Haa Yaa 'Ain Shaad." – (QS.19:1)
Mari bicara tentang
cinta. Tentang kisah romantis. Tentang cerita manis. Tentang apa yang dapat
membuat hati terketuk pintunya. Tentang syahdu dan merdunya skenario semesta.
Cukuplah histori penuh
hikmah tentang Zakaria ‘alaihi salam, akan pinta tulusnya agar memiliki
keturunan. Ianya terpotret abadi dalam Al-Quran surat Maryam, nan disebut-sebut
sebagai rahmat Tuhan.
ذِكْرُ
رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا
"(Yang
dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Rabb-kamu kepada hamba-Nya
Zakaria," – (QS.19:2)
Ia, Zakaria, memperoleh
rahmat oleh keyakinan utuh yang tercermin dalam lembut doa pada Yang Maha. Ia
mengiba. Memohon dengan tulus. Harapnya tumpah hanya kepada Allah. Maka
Zakaria— nabi Allah itu, telah nyata mengajarkan pada kita tentang adab berdoa.
إِذْ
نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا
"yaitu,
tatkala ia berdo'a kepada Rabb-nya, dengan suara yang lembut." – (QS.19:3)
Dengan suara yang lembut. Dengan rayuan mesra, dengan
semerbak kekhusyuan; paduan indah antara khauf dan raja. Maka ayat selanjutnya;
ayat keempat dari surat Maryam ini, ialah romantisme luar biasa; adalah
sedalam-dalamnya gambar keagungan cinta.
Ia adalah kisah manis
ekslusif antara seorang hamba dengan Rabb-nya...
قَالَ
رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ
بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
"Ia
berkata: 'Ya Rabb-ku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, dan aku belum pernah
kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, ya
Rabb-ku." – (QS.19:4)
Pada titik terlemah. Pada
daya yang dirasa habis. Pada pengakuan diri akan ketidakmampuan. Namun pada
titik harap paling tinggi. Tidakkah itu luar biasa? Tidakkah ia membutuhkan
kelapangan hati nan kejernihan fikir? Pencinta macam apakah seorang
Zakaria? Yang bahkan, ia menyatakan seterang-terang, bahwa dirinya tidak pernah
kecewa. Sekali lagi, tidak pernah
kecewa.
Ya, ia tidak pernah
kecewa atas harap pada Rabb-nya.
Maka, jika ada pinta atas
nikmat yang selayaknya paling kita damba, ialah itu nikmat berharap; nikmat
untuk tidak pernah kecewa pada-Nya. Sebab, bukankah telah jadi rahasia dunia
bahwa tanpa harap, akan mati manusia?
Jayakarta, April 2017
No comments:
Post a Comment