Thursday, April 20, 2017

Cerita Romantis (1)

كهيعص

"Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad." – (QS.19:1)

Mari bicara tentang cinta. Tentang kisah romantis. Tentang cerita manis. Tentang apa yang dapat membuat hati terketuk pintunya. Tentang syahdu dan merdunya skenario semesta.

Cukuplah histori penuh hikmah tentang Zakaria ‘alaihi salam, akan pinta tulusnya agar memiliki keturunan. Ianya terpotret abadi dalam Al-Quran surat Maryam, nan disebut-sebut sebagai rahmat Tuhan. 

ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا

"(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Rabb-kamu kepada hamba-Nya Zakaria," – (QS.19:2)

Ia, Zakaria, memperoleh rahmat oleh keyakinan utuh yang tercermin dalam lembut doa pada Yang Maha. Ia mengiba. Memohon dengan tulus. Harapnya tumpah hanya kepada Allah. Maka Zakaria— nabi Allah itu, telah nyata mengajarkan pada kita tentang adab berdoa.

إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

"yaitu, tatkala ia berdo'a kepada Rabb-nya, dengan suara yang lembut." – (QS.19:3)

Dengan suara yang lembut. Dengan rayuan mesra, dengan semerbak kekhusyuan; paduan indah antara khauf dan raja. Maka ayat selanjutnya; ayat keempat dari surat Maryam ini, ialah romantisme luar biasa; adalah sedalam-dalamnya gambar keagungan cinta.

Ia adalah kisah manis ekslusif antara seorang hamba dengan Rabb-nya...

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا

"Ia berkata: 'Ya Rabb-ku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, ya Rabb-ku." – (QS.19:4)

Pada titik terlemah. Pada daya yang dirasa habis. Pada pengakuan diri akan ketidakmampuan. Namun pada titik harap paling tinggi. Tidakkah itu luar biasa? Tidakkah ia membutuhkan kelapangan hati nan kejernihan fikir? Pencinta macam apakah seorang Zakaria? Yang bahkan, ia menyatakan seterang-terang, bahwa dirinya tidak pernah kecewa. Sekali lagi, tidak pernah kecewa.

Ya, ia tidak pernah kecewa atas harap  pada Rabb-nya.

Maka, jika ada pinta atas nikmat yang selayaknya paling kita damba, ialah itu nikmat berharap; nikmat untuk tidak pernah kecewa pada-Nya. Sebab, bukankah telah jadi rahasia dunia bahwa tanpa harap, akan mati manusia?



Jayakarta, April 2017


No comments:

Post a Comment