Kamu tahu? kadang-kadang aku berfikir. Kenapa juga aku harus terlahir sebagai manusia? kenapa tidak dijadikan saja aku domba atau sapi, biar umurku habis untuk berqurban saja sekalian. Atau biar saja dijadikan aku seonggok kayu yang bersembunyi di dalam hutan. Menjadi bahan baku pinsil atau apapun, tak masalah. Bisa juga menjadi daun. Biar remuk jatuh berkeping tapi tidak akan banyak yang peduli, termasuk diriku sendiri.
Diam-diam hal semacam itu kadang menghampiri. Apalagi kalau tengah teringat bertapa repotnya jadi manusia. Disibukkan dengan mengurusi qalbu agar salim. Duh, bahkan ketika berfikir hal demikian pun, aku juga menyangsikan ke-salim-an qalbuku sendiri. Berputar-putar pada lini itu, rasanya aku ingin angkat tangan dan menyerah seutuhnya.
Ya, menyerahkan seutuhnya.
Hei, benar sekali. Mengapa tidak menyerahkan seutuhnya saja?
Gampang, kan?
Karena setiap qalbu ada yang memiliki,
kita ini cuma dititipi.
Dan kepada titipan, bagian kita adalah mengikhtiarkan.
Lini kita adalah berupaya dengan doa, usaha, dan kesungguhan.
Lantas selebihnya- mari kita serahkan saja kepada Tuhan.
Sederhana, bukan?
No comments:
Post a Comment