Friday, November 20, 2015

Merdeka

Ada yang tidak boleh pergi dalam setiap detik kehidupan kita. Ialah iman; keyakinan pada Allah. Iman kita senantiasa diuji. Ini bukan rahasia lagi. Toh Allah, dalam firmanNya, tela mengungkapkan hal tersebut. Bahwa keimanan akan seiring diikuti oleh datangnya ujian keimanan itu sendiri. Bukankah setiap pernyataan cinta selalu membutuhkan pengujian? Adakah ia benar, atau hanya gombalan belaka?

Ada yang tidak pernah pergi dalam setiap hela nafas kita. Ialah kesempatan dan harapan yang diberikan oleh Rabb kita. Bagaimana mungkin kita tega untuk berputus asa, sementara Allah selalu memberikan kesempatan itu, lagi dan lagi. Bagaimana bisa kita begitu malas untuk mengadu padaNya, sementara pintu kasih dan sayangNya selalu terbuka, meski ia tahu betapa bobrok dan nistanya diri kita.

Kita sama-sama tahu, bahwa kita ini makhluk yang lemah. Tempatnya salah lagi lupa. Kita sama-sama tahu. Tidak perlu terpuruk berlebih atas semua keadaan itu. Kita saja tahu, apalagi Allah. Maka bangkitlah! Allah ingin melihat kesungguhan kita. Kalaupun kita menangis, tunjukkan padaNya, bahwa dalam tangis itu, namaNya-lah yang membuat kita tegar. Hidup kita bukan terdiri dari kumpulan rumus matematis. Kalaupun iya, akan ada begitu banyak faktor luar yang memegaruhi. Kita tidak pernah berada dalam kondisi cateris paribus.

Seburuk apapun rekam jejak kita, cuma Allah yang tidak peduli lagi ketika kita bertemu denganNya, mengharapkan perjumpaan, memohon ampun. Mati-matian. Tidakkah kamu bersyukur pada Rabb-mu yang begitu Mahabaik?

Jangan dengan egois menilai bahwa kehidupan kita berantakan. Sok tahu sekali sih, kita ini cuma manusia. Apa kita pernah berusaha sungguh-sungguh? Apa kita pernah merayakan ikhtiar dengan begitu semerbak? Kapan terakhir kali kita tersungkur dalam sujud, dalam hening malam, dalam pembicaraan khusus berdua saja denganNya?

Tidak. Tidak. Jangan buru-buru merasa buruk. Kalau kita masih tertatih-tatih atas itu semua, tidak apa.  Melaju saja. Tenang saja, Allah Mahatahu. Tidak seperti manusia yang sok tahu, lalu seenaknya membuat penilaian-penilaian sendiri. Termasuk diri kita terhadap kita. Usahakan yang terbaik. Melajulah, pada saat ini. Detik ini. Allah melihat kesungguhan kita. Allah memperhitungkan usaha kita sebesar dzarrah pun. Allah Mahakuasa melakukan apa saja. Bisa.

Sungguh, tidak ada kompetensi yang manusia lebih butuhkan dari mengorientasikan segala sesuatu kepada Allah dalam kondisi apapun.

Karena kalau kita sudah begitu, tidak peduli panas-hujan, tidak penting caci-puji, tidak berguna lagi ‘apa kata dunia.'

Kita merdeka.


No comments:

Post a Comment