Wednesday, May 13, 2015

Ayah

Malam ini, menemukan sebuah  dokumen berjudul 'Ayah' yang ditulis pada bulan Oktober 2014 lalu.

---------------------------------------------AYAH---------------------------------------------

Ayah saya adalah ayah super. Bagi kalian yang perempuan, mungkin pernah merasakan betapa kagumnya kepada sosok ayah, terlebih di masa kecil. Saya pun merasa demikian. Bagi saya, ayah saya adalah ayah paling keren sedunia. Ayah nomor satu. Masa kecil saya dihabiskan bermain bersama ayah. Percaya atau tidak, bahkan urusan membuatkan baju boneka hingga menemani saya beli masak-masakan, ayah adalah partner terbaik saya. Ayah selalu mencoba untuk memahami anaknya; anak perempuannya.

Ayah tidak pernah berubah. Sedari dulu, selalu saja, perhatian. Saya kecil yang seringkali diserang sakit kepala, kerap dipijiti oleh ayah. Menggunakan kedua ibu jari tangannya yang sungguh bertenaga. Hingga beranjak. Hingga saya duduk di bangku tsanawiyah. Ayah adalah sosok yang kerap mengantar-jemput saya. Yang begitu sabar menunggu anaknya yang susah pulang; terlalu bahagia main di sekolah. Ayah adalah orang pertama yang menanyakan bagaimana saya pulang dan dengan siapa, setiap saya tahu-tahu hadir di rumah tanpa ia jemput.

Ayah saya,  adalah ayah nomor satu. Yang mengarungi Jakarta-Serpong dengan sepeda motor setiap dua pekan sekali, selama kurang-lebih tiga tahun. Pagi dan sore, menjemput anaknya. Ya, ayah saya adalah ayah dengan kekuatan ajaib. Dengan tangan-tangan kreatif. Dengan imajinasi kreatif. Dengan candaan garingnya yang jadi lucu. Dengan semerbak nasihat mujarabnya di setiap perjalanan kami mengarungi jalan-jalan.

Ayah saya, adalah sosok yang tidak was-was ketika dibonceng menggunakan sepeda motor oleh anaknya yang baru saja bisa mengendarai mesin roda dua itu. Sosok yang menyiapkan perlengkapan sedetail apapun bahkan hingga urusan kalender jika anak perempuannya hendak kembali ke perantauan. Sampai urusan  SD Card, payung, tempat pensil, dan lainnya. Ayah saya adalah ayah yang tidak segan menjahiti pakaian anaknya. Yang tidak keberatan menyetrikakan seragam anaknya di pagi hari.

Ayah saya, adalah ayah yang tidak pernah bosan menjawab pinta sederhana anaknya untuk selalu didoakan. Yang tidak pernah lupa untuk menyertakan nama anak-anaknya dalam doa. Ayah saya, adalah, sekali lagi, ayah super.  Ayah-lah yang pertama kali mengajarkan saya tentang tulis-menulis cerita. Tentang menggunakan komputer. Tentang bagaimana menggali ilmu lewat membaca. Saya masih ingat betul bagaimana tahu-tahu ayah menyodori saya buku Wali Songo ketika saya bertanya sedikit saja tentang soal sejarah Islam. Memberikan saya novel-novel jadul yang ternyata bermanfaat sekali di bangku sekolah; hei, novel itu bahkan jadi bahan bacaan wajib anak kuliah jurusan sastra.

Ayah, adalah yang mengajari saya.

Meski kuang ajar, anaknya seringkali lupa.

Meski menyedihkan, anaknya kadang alpa.

Ayah saya, adalah ayah nomor satu dunia.

Tidak banyak bicara. Tidak banyak berkata. Bergerak dalam diam. Bersenandung dalam doa.  

No comments:

Post a Comment