Sunday, July 13, 2014

Wahai Debu di Sisi Jendela

Wahai debu di sisi jendela.
Petang ini telapakku menatap angkasa.
Menanti belaian, -butiran syurga.
Menikmati semilir sejuk yang lembut menyapa. Menerpa.

Wahai debu, di sisi jendela.
Sejak kapankah kau lupa untuk mengiba?
Atau terlalu malu untuk sekadar meminta?
Sejak kapan, kau enggan tuk hadirkan udara?

Wahai debu di sisi jendela..
Anak itu sejak dulu menanti asa.
Menggantung tinggi segala cita. Segala cinta.
Bukan. Bukan harap tuk dikenal dunia,
Melainkan pinta yang sederhana.

Wahai debu di sisi jendela,
Mereka bilang kau tiada harga.
Tak pernah sekalipun menjadi istimewa.
Ataukah ada?
Sementara kau hanya debu di sisi jendela.

Wahai,
Sampaikan salamku pada jendela miliknya.
Yang telah lama menjadi saksi nestapa.
Yang telah menahun bisu menatap derita.
Menatap keteguhan para jiwa.
Yang pemiliknya sejak dulu berharap, mendoa.

Bawalah titik surat pesanku kesana..
Ke bumi dimana kalam Tuhan menjadi senjata.

Wahai debu, di sisi jendela.

Kota Hujan, 18 Ramadhan 1435 H

No comments:

Post a Comment