Kamu pernah, berfikir tentang esistensi manusia? dalam beberapa hal, ketika aku memposisikan diriku sebagai seorang tokoh dalam kehidupan, aku melihat bahwa hidup ini hanya antara aku dengan Tuhan. Orang-orang di sekelilingku hanya fatamorgana. Semesta alam hanya semacam hologram; aksesori, untuk menguji pertahanan. Dalam level yang lebih abstrak, aku memandang diriku sebagai seorang pemeran utama yang tengah berdialog dengan Tuhan. Hanya berdua. Dialog-dialog yang terwujud dengan hadirnya insan-insan di kehidupanku. Dialog-dialog yang mekar karena ada sebuah sistem yang sedemikian teratur; hasil cipta Tuhan. Sementara aku jadi tokoh tunggal yang diuji. Yang tengah berada di arena tanding. Semua jadi seperti ilusi. Inikah yang disebut-sebut bahwa dunia hanya fatamorgana belaka? entah. Namun pada kesempatan yang lain, aku merasa bahwa Tuhan menciptakanku bukan untuk menjadi tokoh utama. Aku adalah tokoh penggembira, yang hadir dalam kehidupan masing-masing orang. Menjadi figuran. Jalan kisahku adalah kisah orang lain. Cita-citaku adalah agar cita orang lain terwujud. Sebenarnya agak rumit untuk menjelaskan ini. Sungguh.
Sebuah prolog coret-coretan di binder kuliah,
Bogor, 4 Maret 2014 pukul 19.09 WIB
No comments:
Post a Comment