Adalah seorang pemuda yang suatu
ketika bertanya pada Tuhan.
Tuhan, dimanakah kau tempatkan aku pada ranah perjuangan? Sementara kawan-kawanku perlahan telah menemukan jalan juangnya masing-masing. Lantas bagaimana dengan urusan aku? Apa sungguh aku Engkau ciptakan untuk ‘sekadar’ menjadi penggembira pada kisah-kisah hidup orang lain?
Tuhan, dimanakah kau tempatkan aku pada ranah perjuangan? Sementara kawan-kawanku perlahan telah menemukan jalan juangnya masing-masing. Lantas bagaimana dengan urusan aku? Apa sungguh aku Engkau ciptakan untuk ‘sekadar’ menjadi penggembira pada kisah-kisah hidup orang lain?
Bahkan urusan sederhana seperti
ini saja aku tidak becus, Tuhan. Bagaimana aku mendapat kesempatan meraih cita,
jikalau kesempatan untuk aku berjuang saja Engkau ‘tiadakan’?
Hening sejenak.
Kemudian pemuda itu tersentak.
Ini adalah keadaan terhimpit.
Keadaan dimana peluang dirasa sangat sedikit bahkan hanpir tidak mungkin.
Bukankah justru keadaan seperti inilah saat yang tepat untuk berjuang? Inilah
kesempatan emas itu. Memperjuangkan peluang sekecil apapun. Bukankah Tuhan sedang
mengajaknya berbincang? Memberinya kesempatan untuk berjuang; untuk
berlelah-lelah.
Dan
benar saja, peluang kecil itu lunas terbayarkan menjadi satu. Bertubi-tubi, dalam durasi tidak lebih dari sekali putaran rotasi bumi.
Sungguh, terdapat petunjuk bagi orang-orang yang berfikir.
Sungguh, terdapat petunjuk bagi orang-orang yang berfikir.
#thinkagain
No comments:
Post a Comment