Saturday, February 22, 2020

Di Tangga Turun

Siang itu, aku hendak menaiki tangga untuk transit naik kereta. Mungkin ada sekitar dua puluh anak tangga yang harus kutempuh, dan setelahnya aku harus turun lagi sebab hanya hendak berpindah peron. Perjalanan masih panjang, karena nantinya aku masih perlu transit lagi. Tapi siang itu jauh dari kata melelahkan. Selain karena hendak menemui kawan yang sudah dua tahun tak bersua, aku mendapati akhir pekan Jakarta tengah gerimis manis nan romantis. Belum lagi bawaan tas yang tak seberat biasanya, seperti jika aku bolak-balik Jakarta-Bogor. Siang itu aku hanya mengenakan tas selempang kecil berisi beberapa bawaan wajib.

Ada dua sisi tangga. Tangga untuk turun dan tangga untuk naik. Aku mengantre bersama banyak orang lain yang hendak menaiki tangga. Sebagian dari mereka mungkin sama sepertiku, hendak transit. Sebagian yang lain mungkin telah sampai pada stasiun tujuannya. Tangga naik terlihat padat merayap. Sangat berkebalikan dengan tangga turun yang terlihat lengang.

Gerimis yang manis itu semakin terasa indah ketika aku mendapati kejadian di tangga turun. Kejadian sederhana yang mungkin setiap orang di jalur naik-turun siang itu turut menyaksikannya.

Seorang perempuan, mungkin usianya berkisar tiga puluhan, tengah berjalan dengan perempuan yang terlihat sudah berumur dan kuduga itu ibundanya. Keduanya hendak turun dari tangga, sambil si perempuan muda menenteng begitu banyak bawaan sampai-sampai ia terlihat agak kesulitan. Di tengah ramainya manusia siang itu, aku terlalu asyik menikmati suasana sampai-sampai lupa kalau seharusnya aku bisa turun tangan membantu, meski harus melewati barisan orang yang sedang mengantre. Ketika ide itu terbesit, langsung urung karena niatku didahului oleh seorang laki-laki yang datang, menerobos kumpulan manusia dari belakang.

Ia mengangkat tangan kanannya, memberi isyarat pada si perempuan muda untuk menunggu sampai ia datang membantu. Laki-laki itu dengan sigap menaiki tangga, dan tanpa waktu lama segera mengambil alih semua bawaan si perempuan muda. Hal yang aku tak yakin bisa melakukannya. Laki-laki itu lantas mendampingi mereka turun tangga hingga melewatiku yang masih antre, kemudian mengantar keduanya hingga masuk ke salah satu gerbong kereta.

Sederhana sekali memang. Tapi sejak dulu, aku suka sekali people watching seperti ini. Menarik memperhatikan tingkah laku manusia, merekam kebaikan-kebaikan (juga mungkin keanehan) mereka.

Laki-laki itu, mungkin memang seorang petugas di stasiun. Terlihat dari gaya dan pakaiannya. Kita boleh saja berkomentar bahwa wajar saja dia membantu seperti itu karena memang itu adalah bagian dari tugasnya. Tapi kita juga bisa memilih untuk memberi apresiasi, menaruh hormat atas inisiatif dan kesigapannya menghadapi sebuah situasi.

Yang jelas, siang kami terasa jadi lebih manis. Mungkin laki-laki yang kala itu bertugas tidak pernah tahu bahwa dari sekian banyak mata yang menyaksikan, ada yang terinspirasi dan merasa terhibur dengan aksi kebaikan yang ia lakukan. Bahkan meski kejadiannya tidak lebih dari tiga menit, tapi ia mampu menambah semangat dan secercah harap.

Kita sungguh masih punya orang-orang baik.
Terima kasih, Pak! semoga berkah.


Foto pribadi, bukan saat kejadian
Ditulis di Bogor, pada 4 Februari 2020, 14.32 WIB

No comments:

Post a Comment