Edisi Mbah Mukhtar: LGBT
"Mbah, kalau yang LGBT, kriteria jodohnya gimana?" aku garuk-garuk kepala. Isu tentang LGBT kian santer, sementara belum lama Mbah ku ini bilang kalau cari jodoh harus yang cantik dan sadar bahwa dirinya cantik. Dan untuk demikian, aku pun harus jadi tampan dan sadar bahwa diriku tampan. Lah kalau sukanya sesama jenis, jodohnya piye?
"Le, Le, ya sama aja toh kriterianya. LGBT itu kan penyakit. Kalo jodoh mah urusan gusti Allah. Tuhanmu itu ndak pernah toh jodohin laki-laki sama laki-laki?" Mbah Mukhtar mengerutkan alisnya.
"Perempuan sama perempuan juga nggak pernah, Mbah, hehe..." kali ini aku yang terkekeh. Biasanya Mbah Mukhtar yang melakukannya di sela-sela perbincangan kami. Lelaki peradaban itu lantas menyeruput kopi di hadapannya.
"Kamu ndak LGBT kan, Le?" Mbah Mukhtar menatapku dengan mata tajamnya. Aku tertawa lagi.
"Maaf ya Mbah, cucumu ini LGBT. Laki-laki Gagah Banyak Tilawah. Hha"
"Hahahaha ada-ada saja kamu ini to, Lee! kalau yang itu ndak bisa ditolak," lalu Mbah Mukhtar ikut tertawa. Menyapu udara. Aku mengangkat alis sambil memamerkan gigi.
Untuk urusan apapun termasuk ini,
jangan sampai lisan kita lebih banyak mencaci daripada mendoakan untuk kebaikan.
Jangan sampai, jangan sampai, berupaya menumpas kemungkaran sambil mengundang murka untuk diri kita sendiri.
Mari angkat senjata (baca: doa). #LGBT
No comments:
Post a Comment