Dua hari yang lalu, saya kedatangan seorang tamu. Sahabat yang sudah lama tidak saya jumpai sosoknya. Jarak rumah kami tidak terlalu jauh meski lintas provinsi. Rumahnya berlokasi di Jakarta Pusat sementara saya di pinggiran Jakarta Selatan. Dikunjungi oleh seorang teman lama memang selalu saja menyenangkan. Ada rindu yang sudah lama tersimpan. Banyak cerita yang hendak ingin dibagikan. Berharap suatu saat dapat melisankan secara utuh, bertatap, meski saat itu tengah terpisah jarak. Dan belum lama, doa-doa itu menjadi kenyataan. Kami bertemu lagi, setelah sekian lama.
Seperti aliran sungai,
perbincangan kami mengalir. Deras. Sesekali mengembalikan niatan awal, tujuan
dan manfaat apa yang akan kami gapai dengan dialog yang tercipta. Saya ingat
perbincangan itu, di dalam sebuah angkutan umum. Perbicangan yang benar-benar
saya rindukan beberapa bulan belakangan. Kami membicarakan tentang sosok itu.
Seseorang yang sejak dulu sama-sama kami kagumi, dan diam-diam merupakan sosok
yang sama-sama kami rindukan. Lelaki keren yang benar-benar jadi idola.
Sesekali kami tersenyum lantas tertawa kecil mendapati kekaguman kami akan
dirinya yang begitu memikat. Haha, kenapa juga kami mesti mengagumi sosok yang
sama? Entah. Hanya saja, saya rasa hal tersebut menjadi salah satu alasan
kenapa kami mampu hanyut dalam perbincangan-perbincangan selama ini. Bukankah
membicarakan sesuatu yang sungguh kita cintai akan selalu menyenangkan?
Dalam organisasi, sosoknya begitu
mengagumkan. Mengetuai, menjadi pimpinan, ia tahu betul potensi dari
masing-masing anggotanya. Maka tak heran jika semua program terorganisasi
dengan baik. Kharismanya tidak sebatas menghidupkan kekaguman orang lain
terhadap sosoknya, namun mampu menjadikan para anggotanya menghargai diri
masing-masing. Lelaki yang satu ini
benar-benar pandai membuat orang lain merasa diistimewakan. Bukankah memang
demikian adanya? Kita akan mengoptimalkan kinerja manakala merasa dipercaya.
Dan dia, seorang yang kami kagumi ini sungguh-sungguh mampu membangkitkan
percaya diri orang lain. Kami hanyut dalam perbincangan. Tak begitu memperdulikan
pandangan beberapa orang yang juga menaiki angkutan umum yang sama. Tersenyum.
Hei, nyatanya kami sama-sama sedang jatuh hati.
Kami sama sekali tidak merasa rugi jika menyematkan ini padanya --> The coolest man ever! :D karena bukan hanya itu. Perangainya
dalam keseharian sungguh luar biasa. Diamnya menjadikan ia begitu terhormat,
sementara ketika bicara, sosoknya jadi amat memikat. Hiperbola? Haha, tidak.
Ini serius, bahwa dia bena-benar keren. Kami berdua memang belum pernah berbincang
langsung dengannya meski diam-diam saya kerap kali menuliskan surat.
Berlembar-lembar, dan entah bagaimana caranya agar semua surat itu mampu tersampaikan.
Suatu saat nanti. Semoga. Atau bisa jadi Tuhan sudah menyampaikannya? Melalui udara,
mungkin? Bisa jadi.
Kami mengagumi sosok yang sama,
dan kami sama sekali tidak saling cemburu. Justru kami saling berbagi. Kami
membicarakan sosoknya, agar cinta yang ada pada kami terhadapnya semakin besar.
Saling menguatkan. Saling meyakinikan. Siang hari menjelang sore, ada doa yang
terselip dalam hati-hati kami. Di dalam sebuah angkutan umum berwarna merah
menyala, di tengah kericuhan jalan raya, di atas bumi cinta yang juga ditapaki
oleh lelaki itu, kami menerbangkan harap. Semoga pada suatu waktu, Tuhan
berkenan mempertemukan kami dengan sosoknya. Sosok yang begitu kami rindukan,
yang hari itu menjadi topik pembicaraan kami. Aamiin.
Nama lelaki itu, Muhammad. :)
Salallahu 'alaihi was salaam. Ia, meski berada di zaman yang berbeda, di belahan bumi yang berbeda dan kini berada di alam yang berbeda. Tetaplah sampai setiap salam dari ummatnya. Di akhirat kelak dia akan mengenali, "Oh engkaukah si fulanah yang setiap hari menitipkan salam dan berdoa untukku?" Semoga kita dikenali olehnya, meski kita tak pernah melihat beliau, Salluu 'Alain...
ReplyDeleteaamiin allahumma aamiin, :)
Deletesalallahu 'alaihi wassalaam
kaka banyak banget !!!!
ReplyDelete.
Delete._. kaka cuma satu, De. :)