Sunday, January 26, 2014

Surat Peringatan


Merapihkan kamar selalu saja menjadi ajang nostalgia bagi saya. Pasalnya, banyak benda-benda kenangan yang tersimpan di dalam kamar. Termasuk surat-surat 'berharga' semisal surat di atas. Kemarin, saya membaca surat tersebut untuk ke sekian kalinya, dan tersenyum, lantas tertawa. Haha. Saya jadi semakin mengerti bagaimana dahulu saya tersiksa rindu, begitu merindukan masa Tsanawiyah. Schoolsick syndrome, begitu saya menyebutnya. Bagaimana tidak, teman-teman saya so sweet sekali. :))

Surat di atas saya peroleh pada suatu sore. Tahu-tahu ada di dalam tas hitam ke abu-abuan milik saya. Tahun 2008, ketika saya tengah aktif menjadi Badan Pengurus Harian OSIS di Tsanawiyah. Sebenarnya saya lupa bagaimana cerita lengkapnya. Hanya saja, surat ini dilayangkan pada saya karena hari itu, ada dua orang kawan yang mengajak saya 'bermain' di kelas sementara saya harus turun ke lapangan; menjalankan salah satu tugas sebagai pengurus OSIS, mempersiapkan kesiapan petugas untuk pelaksanaan upacara. Harus turun, dan saya tidak punya pilihan lain. Meski sebenarnya peran saya saat itu tidak begitu berarti, tapi saya harus turun. 

Simsalabim, surat peringatan itu mendarat sore harinya. :D

Membacanya sekarang, sekitar lima tahun setelah surat itu ditulis, kertas itu masih terlihat bagus. Sobekan buku Sinar Dunia, tinta hitam, garis-garis coretan. Melihat gaya tulisannya, saya tertawa sendiri. Anak Tsanawiyah. Sederhana, polos, cerdas, menggugah, dan yang utama: jujur. Bahasanya jujur sekali. :) Kau benar, Kawan. Hari akan berlalu sangat cepat, dan tak terasa kita sudah sampai pada titik ini. Ketika surat-surat kita menjelma indah menjadi memori.

_______________
_________________________________
Kau mungkin takkan pernah menyadari, betapa seseorang begitu mengingatmu. Betapa seseorang mengingat setiap lontaran kata yang Kau lisankan, sesederhana apapun itu. Kau boleh jadi tak pernah tahu, boleh jadi tidak peduli. Namun sungguh, bagi seseorang, hal itu sama sekali bukan masalah. Ia tak peduli apakah Kau ingat atau tidak. 
Seseorang itu sudah cukup bahagia untuk mengingatmu;
bahagia untuk pernah mengenalmu. :)
______________________________________________


Ah ya, satu lagi yang membuat saya tergelitik. "Satu kata buat kamu..." sebagai pembuka surat itu, tapi nyatanya ada banyak kata disana. :P Haha, Kawan, bahkan Kau mampu menghiburku hingga detik ini. Terimakasih. :)

No comments:

Post a Comment