Tuesday, January 21, 2014

Coba Koreksi Ulang


            Ini tentang Kau. Kau pikir semudah itukah bertahan? Pernah Kau amati sang penembus ombak?  Kau pikir semudah itukah menjadi si keras kepala? Pernah Kau amati kokohnya karang di pantai luas? Kau pikir, semudah apa menjaga keyakinan? Pernah Kau rasakan kebimbangan? Ke-nelangsa-an? Ke-merasa-sendirian? Pernahkah Kau, Kawan?
Ini bukan melulu tentang cinta. Bah! Apa itu cinta?! Kau yakin dengan definisi cinta-mu selama ini? Ini bukan melulu tentang duniawi. Lebih dari itu, Kawan. Cinta tak sesederhana rumusan kapilaritas. Yang dengan begitu mudahnya dapat meresap ke dalam pipa pipa kapiler, menelusuri ruang paling dalam. Tidak. Siapa bilang jatuh cinta itu mudah? Kau bilang jatuh cinta itu mudah dan melupakan itu sulit? Coba tanyakan sekali lagi! Mana bukti dari semua kata-kata ‘mutiara’ itu? Seratus persen rayuan gombal. Kalau memang jatuh cinta itu mudah dan melupakan itu sulit, mana bukti atas ucapanmu manakala Kau lupa akan shalat lima waktu?! Mana bukti kalau Kau jatuh cinta? Semudah itu melupakan dan sesulit itu jatuh cinta. Sulit. Padahal kalau memang benar Kau jatuh cinta, tak akan semudah itu Kau melupakan hak-Nya. Jadi coba koreksi sekali lagi tentang definisi cinta-mu.

Lagi-lagi kau membantah. Memangnya ada berapa macam cinta di dunia ini? Bukankah cinta itu satu kata? Memiliki makna yang membentuk satu kesatuan. Subjek-objek takkan bisa mengubah makna predikat, bukan? Mau berapa kali pun Kau meminta untuk memisahkan antara duniawi dengan ‘surgawi’, tak akan pernah bisa. Takkan pernah. Karena mereka adalah cermin. CERMIN, Kawan. Jadi jangan lagi-lagi membuatku muak dengan segala alasan ‘basi’mu itu. Kenapa? Mau bilang aku egois? Silahkan. Aku tak pernah keberatan.

Kau bisa berhenti kalau Kau mulai jengah. Tak ada paksaan. Biarkan semuanya mengalir. Apa? Cinta lagi? Oh oke. Ya, katamu cinta itu mengalir dan tak bisa dicegah-cegah. Oke aku bisa memaklumi yang satu ini. Tapi tak bisa kuterima jika itu Kau jadikan alasan untuk definisi cinta-mu. Tidak. Aliran itu masih bisa dipilih muaranya kan? Kau tinggal pilih mau memuarakannya di bagian mana. Timur atau Barat? Utara atau Selatan? Jadi jangan sekali-kali menjadikan ‘mengalir’ sebagai alasan semu demi definisi cinta-mu yang palsu. Sekali lagi, kumohon koreksi ulang definisi cinta-mu.

Untuk senang? Untuk bahagia? Untuk hidup yang cuma sekali?? Ah. Ini lebih memuakkan. Alasan ini lebih tak masuk akal. Kutanyakan padamu, apakah Kau sungguh-sungguh bahagia? Paling-paling sebentar tertawa sebentar menangis, mengamuk, meraung-raung, menutup diri, kemudian senang lagi, tertawa, menangis lagi, mengamuk lagi,..  terus saja berputar di labirin kekacauan. Kau bilang itu yang namanya bahagia? Apa? Eh? Bukankah ada yang berakhir indah? Apa? Kala terikat tali suci?? Ah, itu juga omong kosong.  Kosong.  Cuma alasanmu demi mempertahankan kemaksiatan. Terikat tali suci? Kau tahu kan, ada tali suci? Lalu sebelum ada tali suci itu, kau sebut ‘dia’ apa? Tali prasuci? Lalu dimana tali pascasuci? Hei, Kau membuatku bingung dengan definisi cinta-mu. Kau jengkel lagi? Silahkan, aku sama sekali tak keberatan.

Mengecewakan apalagi kala kau membawa-bawa namaNya dalam definisi cinta semu-mu itu. Kutanyakan padamu, apa pernah Dia mengajarimu demikian? Mengajarimu tentang definisi cinta semu-mu itu? Jawablah, aku cuma bertanya. Apa katamu? Itu dunianya remaja? Dan kau semakin pintar membantah. BUKAN. Coba telaah firman-Nya lebih teliti lagi. Apa? Tentu tak bisa. Sudah kukatakan bukan, duniawi surgawi itu CERMIN. Meski jelas mereka sangat berbeda. Mau berapa kali aku ingatkan? Aku beritahukan?  Aku bagikan?  Mereka takkan bisa dipisahkan. “Tak bisa dipisahkan”, itu katamu kala membahas tentang cinta semu-mu dengan dirimu, dengan jiwamu. Coba analogikan dengan dunia-akhirat. Sekali lagi, kuminta kau mengoreksi ulang definisi cinta-mu. Membantah? Oke. Aku tak pernah merasa keberatan..

 "Kamu mengejar dunia dan berbagai kesenangan di dalamnya, 
di saat dunia menjadi hukuman bagi Nabi Adam as"

(Hasan Al-Bashri)


It’s your choice, whatever, it’s yours.

16:49 Desember 21st 2011

(Tulisan ini dibuat sekitar dua tahun lalu. Pada masanya, tidak dipublikasikan dan hanya menjadi dokumen di dalam laptop pribadi. Dibuat dalam waktu sangat singkat, sebagai pelampiasan kekecewaan pada sebuah keadaan, meski pada akhirnya tak pernah ditujukan kepada siapa-siapa karena tata bahasa yang dirasa tidak tertata.)

2 comments:

  1. Betapa bodoh sosok yang merangkak, mendekatimu dan berkata-kata tentang cinta yang tak punya makna itu--adalah aku demikian, maafkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hha, tidak tepat sebenarnya. Tapi tak apalah, maafkan aku juga :)

      Delete