Pernah ada cerita tentang seorang anak perempuan, ia baru saja mendapat sederet nasihat mengandung hikmah dari orang tua yang mengasuhnya. Dengan percaya diri, anak perempuan itu berjalan tegap seolah takkan lagi menemui kesulitan atas segala problematika hidup. Pada sebait nasihat yang disampaikan di petang sehari sebelumnya, ia sungguh merasa cukup.
"Lakukan yang terbaik, bersyukur, dan sabar," begitu bunyi nasihatnya. Hari-hari berlalu dengan sangat mudah. Ia tak gentar dihantam berbagai ujian, seolah tiada hal berarti yang bisa membuatnya goyah. Keyakinannya pada nasihat itu, ibarat bahan bakar yang terus menjadikan mesin dalam dirinya menyala. Ia tak tumbang meski keadaan begitu sulit lagi menghimpit. "Lakukan yang terbaik, bersyukur dan sabar," pesan itu terus bergema dalam kepalanya.
Hingga pada suatu hari, perempuan kecil itu mendapati bahwa ternyata keyakinan pun kadang berubah-ubah. Persoalan hidup seiring waktu semakin bertambah, dan ada begitu banyak hal baru yang tidak ia ketahui sebelumnya. Kalimat saktinya goyah. Bukan karena tak lagi relevan, namun ia hanya mendapati bahwa dirinya tak lagi cukup dikuatkan.
"Aku kira aku sudah punya semua rumusnya, tapi ternyata ada terlalu banyak hal yang belum kutahu," gumamnya dalam hati. Relungnya sempat berantakan, namun setelah melalui proses panjang, ia kembali mengingat resep terbaik itu. Lakukan yang terbaik, bersyukur, dan sabar.
Anak perempuan itu mengilhami, bahwa pengetahuan saja sungguh tak cukup. Ternyata ia memang harus terus melangitkan doa. Sebab pada segala hal yang ia telah lalui dengan baik, sungguh bukan karena ia mampu. Semua itu, semata karena ia dimampukan nan dikuatkan. Semata hanya karena kebaikan Tuhannya lah, ia disanggupkan.
Barangkali memang begitulah proses bertumbuh mengajarkan kita. Ya, bukan hanya si anak perempuan itu, tapi kita semua. Ujian-ujian yang kita hadapi, meski membuat kita terseok dan barangkali sempat berantakan, pada akhirnya akan mampu menjadikan kita sosok yang berbeda. Menjadi lebih tangguh, lebih kuat, lebih baik dari diri kita sebelumnya. Namun semua itu hanya jika kita benar-benar menjalankan nasihat lama tersebut, yakni melakukan yang terbaik dan diiringi dengan syukur serta sabar.
Hingga nanti, pada saat terbaiknya, yang kita lihat ketika menoleh ke belakang bukan lagi hal lain melainkan sebuah perjalanan berharga. Ialah itu perjalanan yang membuat syukur kita bertambah-tambah sebab pernah melalui dan mengambil ibrah darinya.
"Lakukan yang terbaik, bersyukur, dan sabar," nasihat itu masih menjadi pegangan si anak perempuan tadi, setelah perjalanan panjang yang ia lalui. Kali ini dengan pemahaman yang berbeda, yakni pemahaman yang lebih menyeluruh, mendalam, dan barangkali akan terus berubah lagi seiring waktu. Sebab dalam perjalanan hidupnya, ia tak tahu kejutan macam apalagi yang telah menunggu.
Sumber Gambar |
Ditulis pertama kali di Tangerang,
pada 16 Mei 2020.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete