Kita adalah manusia yang
dipertemukan oleh kekurangan. Oleh keterbatasan. Oleh ketidakmampuan. Kita
tidak saling menaruh hati dan simpati karena sesuatu bernama kemegahan; kemewahan;
keserba-kerenan. Kita diskenariokan berbincang mengenai kekurangan-kekurangan
kita. Mereka dapat dengan mudah berkomentar tentang siapa diri kita tanpa
benar-benar tahu keadaan yang sebenarnya. Mereka dapat dengan mudah
beramah-tamah dengan kita, sebab mereka tidak tahu menahu akan rapuh diri yang
sedemikian rupa. Dari sekian banyak mereka, kita berjumpa. Tidak oleh
kegemerlapan deret penghargaan manusia. Tidak oleh kekaguman sekian mata. Tidak
oleh semerbak atribut yang dapat buat kita berbangga. Kita biasa-biasa saja.
Tapi kita dibuat saling menyapa, oleh sebab kekosongan-kekosongan yang ada.
Kita tidak sedang saling mendamba rupa, apatah lagi harta dan tahta. Kita tidak
sedang saling mengejar untuk sesuatu yang dikata orang dapat digadang bangga;
meski kita tahu antara kita bisa saja melakukannya. Bisa. Sebab apa yang tidak
bisa, jika hari ini dunia begitu mendukung akan pembentukan citra? Tapi kita
tidak berangkat dari sana. Kita tidak memberangkatkan cinta dengan alasan yang begitu sederhana diucap kata. Kita sedang bicara tentang kekosongan-kekosongan
yang rindu diisi. Kita sedang mencari jawaban atas rupa-rupa tanya yang selama
ini muncul di diri.
Dan dari sekian banyak manusia di
dunia,
aku tahu.
Bukan tanpa rencana Tuhan
mempertemukan kita.
Bersama Kakao, pada 2012 di Sawarna |
**PS: Terkhusus untuk kalian
yang membaca ini kemudian terfokus pada hubungan cinta-cintaan laki-laki dan perempuan, agaknya
boleh lah mengilhami lagi tentang makna hubungan antar manusia beserta
semestanya. Boleh lah memahami lagi bahwa cinta sedemikian luas dan universal. :)
No comments:
Post a Comment