Sunday, September 6, 2015

Kebetulan

Kebetulan.
"Ummi tahu nggak?"
"Tahu apa?"
"Hehe.. Berarti Ummi belum tahu." bocah kecil itu memamerkan gigi. Perempuan yang disapa 'ummi' tertawa.
"Memang Amira mau bilang apa?"
"Ternyata umminya Nasya sama Ridho itu temannya Tante Zahra dan adiknya Ustadzah Firdha."
"Oh, iya? MasyaaAllah. Tahu darimana Amira sayang?" ujar perempuan itu seraya membungkuk, menyejajarkan tinggi dengan anak perempuannya.
"Amira main ke rumah Nasya sama Ridho Mi kemarin, bareng Ibu Guru. Disana ada tante Zahra sama ustadzah Firdha. Terus Amira diceritain deh. Kebetulan sekali ya, Mi." gadis kerudung cokelat itu tersenyum lebar.
"Hihi, Amira tahu tidak?"
"Tahu apa, Mi?" matanya membulat.
"Tidak ada yang kebetulan." yang berujar tersenyum simpul.
"Maksud Ummi?" kali ini dahinya mengkerut.
"Segala sesuatu yang kita jumpai, tempat yang kita kunjungi, kejadian yang kita alami, bahkan sampai hal 'sederhana' seperti kenapa Amira punya gigi, tidak ada yang kebetulan. Semuanya diatur sama Allah." mendengar perkataan perempuan itu, si gadis kecil geleng-geleng kepala tanda tidak paham.
"Kan nggak sengaja, Mi. Amira juga kalau nggak diajak bu guru ke rumah Nasya sama Ridho, ya nggak akan kesana. Kalau gigi kan semua orang juga punya, Ummi."
"Amira ingat waktu kita tanam cabai bareng sama Abi?"
"Ingat, Mi. Memangnya kenapa?"
"Waktu Amira tanya kenapa benih tumbuhan itu beda2, Abi jawab apa?"
"Kata Abi, hasilnya nanti juga akan beda2. Ada benih yang butuh air banyaak, ada yang tidak. Kan benih cabai nanti jadi pohon cabai. Berbeda bentuknya sama benih pepaya yang akan jadi pohon pepaya." tangan kecil itu bermain di udara. Menggambarkan perkataan sambil menatap ibundanya.
"Benar. Terus waktu itu ada berapa benih cabai yang mau Amira benihkan supaya tumbuh?"
"Hmm... Ada banyaaak, Mi. Dua puluh!"
"Tiga puluh, Amira sayang."
"Hhe iya Mi Amira lupa. Terus maksudnya apa, Mi?"
"Coba Amira bayangkan. Kalau satu saja pohon cabai yang sudah mulai tumbuh itu bisa bicara, ia akan berkata, 'wah kebetulan sekali! Ternyata aku tumbuh diantara 29 pohon cabai lain. Kebetulan sekali, tanahku punya nutrisi baik, sehingga buahku bagus dan banyak!'"
"Hmm..." mata almond itu memandang langit-langit. Berfikir.
"Padahal selama ini, Ummi, Amira, dan Abi yang sudah merawat pohon cabai itu dengan baik. Padahal, memang sudah diatur supaya pohon cabainya jadi 30 buah. Tapi si pohon cabai yang bicara tadi sama sekali tidak tahu tentang itu." ujarnya sambil memandang teduh Amira yang mulai mengangguk-angguk.
"Tidak ada yang kebetulan ya, Mi. Berarti Amira punya gigi juga sudah diatur sama Allah?"
"Kalau menurut Amira, bagaimana?" yang ditanya bertanya balik.
"Ah Ummi. Amira sayaang deh sama Ummi." lagi, perempuan yang disapa 'ummi' itu tertawa kecil mendapati tubuh kecil Amira memeluknya,
"Ummi juga, sayaang sekali sama Amira."
Sama sekali-
Sama sekali tak ada yang kebetulan. smile emoticon
Menuju Jakarta, September 2015

No comments:

Post a Comment