Assalamu’alaikum wr.wb.
Apa kabarnya dirimu? Apa kabar gerangan iman dalam dadamu? Adakah ia
baik-baik saja? Semoga selalu dalam dekap hangat-Nya. Semoga ruh-mu selalu
dalam keyakinan penuh akan-Nya. Kuharap demikian. Karena jujur saja, semakin
kesini, aku semakin khawatir akan keadaanmu. Semakin cemas mengingat godaan
dunia terhadapmu.
Kau tentu masih ingat sederet kisah yang beberapa waktu belakangan
menimpa kaum kita. Ada tenaga kerja yang disiksa, ada ibunda yang membunuh buah
hatinya. Juga ada cerita bagaimana harga diri begitu murah dikabarkan melalui
media massa. Baris daftar peristiwa yang mengusik nurani kita, tentu saja.
Shalihah, setiap kita selalu punya pilihan-pilihan dalam hidup. Tentang
pilihan dalam berlisan, tentang pilihan menu apa yang hendak dikonsumsi; yang
hendak kita makan. Tapi Kau pun pasti tahu, ada hal-hal yang sejatinya memang
tak bisa kita pilih. Dan dilahirkan sebagai seorang perempuan, adalah salah
satu hal ajaib tersebut.
Dahulu, aku berfikir bahwa menjadi perempuan tidaklah begitu keren. Dalam
beberapa aspek, aku merasa bahwa dunia begitu mendeskriminasi. Aku tidak setuju
bagaimana anak perempuan dilarang-larang memanjat pohon, sementara anak
laki-laki tidak. Bertanya-tanya, mengapa anak laki-laki dipercaya pulang malam,
sementara anak perempuan rasanya lebih di-protektif-kan. Tidak terlalu penting,
memang. Tapi jiwa seorang bocah selalu saja punya fikiran yang abstrak.
Sederhana, namun seyogyanya bermakna. J
Tapi beruntung, kita dilahirkan dengan fitrah sebagai seorang
pengiman-Nya. Sebagai seorang muslimah. Lambat laun aku belajar, bahwa menjadi
keren adalah konsekuensi mutlak bagi siapapun yang memiliki keyakinan penuh
akan kalimat luar biasa itu; syahadat. Termasuk aku, termasuk kamu- muslimah.
Sosok muslimah tahu-tahu menjadi sangat keren di mataku. Lihatlah bagaimana
ibunda Khadijah dijuluki ‘The Princess of Mecca’, juga bagaimana kecerdasan
Asiyah binti Abu Bakar yang bahkan
menjadi tempat bertanya bagi para sahabat. Urusan sederhana seperti memanjat
pohon jadi tidak ada apa-apanya ketika aku mendengar kisah tentang seorang
muslimah tangguh bernama Khaulah Al Azwar. Muslimah keren yang menunggangi kuda
di tengah hiruk pikuk medan perang menghadapi bangsa Romawi.
Hei, bukankah itu luar biasa? Ternyata gelar perempuan yang kita sandang
begitu istimewa. Lebih dekat lagi, cobalah lihat ibunda kita. Sosok yang
disebut-sebut oleh kanjeng nabi bahwa surga berada di bawah telapak kakinya.
Perempuan yang disebut-sebut merupakan madrasah pertama dan utama bagi
anak-anaknya. Dan kabar baiknya, kita adalah calon-calon mereka, wahai Ukhti
Fillah. In syaAllah.
Lantas, apa kabarnya dirimu? Apa kabar gerangan iman dalam dadamu? Adakah
ia baik-baik saja? Semoga selalu dalam dekap hangat-Nya. Semoga ruh-mu selalu
dalam keyakinan penuh akan-Nya. Kuharap demikian. Karena jujur saja, semakin
kesini, aku semakin khawatir akan keadaanmu. Semakin cemas mengingat godaan
dunia terhadapmu.
Masa kita dengan para ashabiyah boleh jadi tidak sama. Namun, ketetapan
sunatullah, bahwa kita memegang amanah sebagai muslimah jelas tiada berubah.
Muslimah berganti dari masa ke masa, dan di atas pundaknyalah masa depang
bangsa menaruh pondasinya. Kau tentu masih ingat sederet kisah yang beberapa
waktu belakangan menimpa kaum kita. Coba sejenak pejamkan mata, hadirkan
semangat ibunda-ibunda kita terdahulu. Apakah yang akan mereka lakukan, jika
hidup pada zaman kita? Adakah berpangku tangan? Ataukah melakukan
aksi-tindakan? Lantas jalan mana yang hendak kita torehkan untuk semesta?
Semoga Kau, selalu dalam dekap hangat-Nya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Dari Aku,
yang memerhatikanmu,
sedari dulu.
(Tulisan partisipasi dalam acara 'Perempuan Punya Cerita' LDK Al-Hurriyyah IPB, Mei 2014)
No comments:
Post a Comment