Tuesday, June 3, 2014

Surat untuk Muslimah

Untukmu muslimah.
Assalamu’alaikum wr.wb.


Apa kabarnya dirimu? Apa kabar gerangan iman dalam dadamu? Adakah ia baik-baik saja? Semoga selalu dalam dekap hangat-Nya. Semoga ruh-mu selalu dalam keyakinan penuh akan-Nya. Kuharap demikian. Karena jujur saja, semakin kesini, aku semakin khawatir akan keadaanmu. Semakin cemas mengingat godaan dunia terhadapmu.
Kau tentu masih ingat sederet kisah yang beberapa waktu belakangan menimpa kaum kita. Ada tenaga kerja yang disiksa, ada ibunda yang membunuh buah hatinya. Juga ada cerita bagaimana harga diri begitu murah dikabarkan melalui media massa. Baris daftar peristiwa yang mengusik nurani kita, tentu saja.
Shalihah, setiap kita selalu punya pilihan-pilihan dalam hidup. Tentang pilihan dalam berlisan, tentang pilihan menu apa yang hendak dikonsumsi; yang hendak kita makan. Tapi Kau pun pasti tahu, ada hal-hal yang sejatinya memang tak bisa kita pilih. Dan dilahirkan sebagai seorang perempuan, adalah salah satu hal ajaib tersebut.
Dahulu, aku berfikir bahwa menjadi perempuan tidaklah begitu keren. Dalam beberapa aspek, aku merasa bahwa dunia begitu mendeskriminasi. Aku tidak setuju bagaimana anak perempuan dilarang-larang memanjat pohon, sementara anak laki-laki tidak. Bertanya-tanya, mengapa anak laki-laki dipercaya pulang malam, sementara anak perempuan rasanya lebih di-protektif-kan. Tidak terlalu penting, memang. Tapi jiwa seorang bocah selalu saja punya fikiran yang abstrak. Sederhana, namun seyogyanya bermakna. J
Tapi beruntung, kita dilahirkan dengan fitrah sebagai seorang pengiman-Nya. Sebagai seorang muslimah. Lambat laun aku belajar, bahwa menjadi keren adalah konsekuensi mutlak bagi siapapun yang memiliki keyakinan penuh akan kalimat luar biasa itu; syahadat. Termasuk aku, termasuk kamu- muslimah. Sosok muslimah tahu-tahu menjadi sangat keren di mataku. Lihatlah bagaimana ibunda Khadijah dijuluki ‘The Princess of Mecca’, juga bagaimana kecerdasan Asiyah  binti Abu Bakar yang bahkan menjadi tempat bertanya bagi para sahabat. Urusan sederhana seperti memanjat pohon jadi tidak ada apa-apanya ketika aku mendengar kisah tentang seorang muslimah tangguh bernama Khaulah Al Azwar. Muslimah keren yang menunggangi kuda di tengah hiruk pikuk medan perang menghadapi bangsa Romawi.
Hei, bukankah itu luar biasa? Ternyata gelar perempuan yang kita sandang begitu istimewa. Lebih dekat lagi, cobalah lihat ibunda kita. Sosok yang disebut-sebut oleh kanjeng nabi bahwa surga berada di bawah telapak kakinya. Perempuan yang disebut-sebut merupakan madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dan kabar baiknya, kita adalah calon-calon mereka, wahai Ukhti Fillah. In syaAllah.
Lantas, apa kabarnya dirimu? Apa kabar gerangan iman dalam dadamu? Adakah ia baik-baik saja? Semoga selalu dalam dekap hangat-Nya. Semoga ruh-mu selalu dalam keyakinan penuh akan-Nya. Kuharap demikian. Karena jujur saja, semakin kesini, aku semakin khawatir akan keadaanmu. Semakin cemas mengingat godaan dunia terhadapmu.
Masa kita dengan para ashabiyah boleh jadi tidak sama. Namun, ketetapan sunatullah, bahwa kita memegang amanah sebagai muslimah jelas tiada berubah. Muslimah berganti dari masa ke masa, dan di atas pundaknyalah masa depang bangsa menaruh pondasinya. Kau tentu masih ingat sederet kisah yang beberapa waktu belakangan menimpa kaum kita. Coba sejenak pejamkan mata, hadirkan semangat ibunda-ibunda kita terdahulu. Apakah yang akan mereka lakukan, jika hidup pada zaman kita? Adakah berpangku tangan? Ataukah melakukan aksi-tindakan? Lantas jalan mana yang hendak kita torehkan untuk semesta?
Semoga Kau, selalu dalam dekap hangat-Nya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Dari Aku,
yang memerhatikanmu,
sedari dulu.

(Tulisan partisipasi dalam acara 'Perempuan Punya Cerita' LDK Al-Hurriyyah IPB, Mei 2014)

No comments:

Post a Comment