Karena ini hari pertama, ingin mengucapkan terima kasih dulu kepada seorang kawan yang mengajak untuk ikut #30DayWritingChallenge di blog dengan tema yang sudah ditentukan dan berbeda setiap harinya (sankyou, Mba Yeni!). Bismillah, mari kita mulai.
Day 1: List three things you are grateful and why?
|
Pangandaran, November 2022 |
Nikmat iman. Rasanya ini adalah hal pertama yang sangat aku syukuri, bahkan meski imanku masih teramat compang-camping. Pernah suatu ketika aku bilang begini ke salah seorang kawan, "Kemarin itu masa-masa dark banget untukku. Kayaknya benteng terakhir yang aku punya benar-benar hanya iman." Ya, nikmat iman membuatku menemukan hal baik dalam setiap kejadian. Ia menjadi jalan bagi kepala dan hati yang kadang mengeras untuk kembali berada di koridor yang seharusnya. Nikmat iman membuatku tak meletakkan "putus asa" di kolom opsi kehidupan. Bukan apa-apa, karena dalam Al-Qur'an Allah berfirman dan melarang hamba-Nya untuk berputus asa. Jikalau Dia tak memberiku nikmat iman, mungkin aku sudah memilih putus asa saja sebagai jalan ninja dari setiap ujian yang ada. Alhamdulillah.
|
Dago Bandung, 2021 |
Kehidupanku secara umum. Kurang spesifik, ya? Tapi ini benar-benar aku syukuri. Punya keluarga yang suportif, teman-teman dengan mindset positif dan jadi partner bertumbuh, juga berbagai skenario dan kausalitas hidup yang Allah Ta'ala berikan. Aku mensyukuri setiap episode sebab Allah selalu mempertemukanku dengan orang-orang baik. Semuanya membuatku malu dan merasa tidak pantas setiap kali mulai terbesit untuk mengeluh. Sungguh, Allah sudah sebaik itu sama kamu.
Dua hal di atas mungkin adalah jawaban yang luas sekali. Untuk yang terakhir, aku ingin mencoba jawab dengan lebih spesifik.
|
Dari Ladz'an, katanya ini gambar Ammah lagi di Ka'bah |
|
Masjidil Haram, Makkah, Desember 2022 |
Diundang Allah ke rumah-Nya, pada Desember 2022. Ini serius. "Pulang" ke tanah suci di akhir tahun 2022 benar-benar oase di tengah gersang setelah dua tahun terakhir rasanya seperti hidup segan mati tak mau. Sempat minder dan ragu, merasa diri tidak pantas untuk berangkat, tapi kemudian tertampar dengan sebuah gagasan. "Justru karena kamu banyak salah, imanmu compang-camping, interaksimu dengan Al-Qur'an berantakan, maka kamu benar-benar butuh untuk berangkat ke sana." Sebelumnya, berulang kali aku bilang kepada Allah bahwa aku ingin dipeluk. Lantas Dia benar-benar memelukku dengan skenario yang indah, hangat, dan manis sekali. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tidak seperti manusia yang menyimpan banyak kecewa, Dia justru mendekap hamba-Nya yang nyaris tersesat dan kehilangan arah.
Ditulis di Bandung,
1 Januari 2023