“Surga ada di
telapak kaki ibu.”
-Muhammad SAW-
Perempuan: Peran dan Kontribusinya
Bicara tentang
perempuan berarti berarti bicara tentang eksistensi, peran, serta dampak
keberadaannya dalam kehidupan. Perempuan dalam perkembangan zaman mengalami
tapak sejarah yang begitu dinamis. Mulai dari perempuan yang dikubur
hidup-hidup karena dianggap sebagai aib lagi hina; perempuan yang dianggap
memiliki jiwa namun tidak kekal dan hanya bertugas sebagai pelayan; perempuan
yang diperlakukan sebagai budak dan di-nomor-duakan; hingga pada ahirnya
sampailah risalah Islam yang memberikan pencerahan bahwa perempuan memiliki
bagiannya tersendiri dalam kehidupan. Eksistensi serta peranan perempuan nyata –bahkan
ia begitu dimuliakan. Perempuan memperoleh kedudukan istimewa dengan menjadi
madrasah pertama dan utama bagi setiap manusia; berperan sebagai seorang ibu
dalam kehidupan.
Kualitas perempuan
sebagai ibu sangat menentukan kualitas tumbuh-kembang anak-anaknya. Kalimat
“Mendidik perempuan Sama dengan Mendidik Bangsa” besandar pada alasan bahwa ibu
yang cerdas akan mencerdaskan anak-anaknya. Lebih dari itu, kualitas baik
perempuan yang berperan sebagai seorang ibu juga turut menentukan kualitas
keluarga. Sebagai unit terkecil dari masyarakat, keluarga berperan penting
dalam berbagai aspek, terutama sebagai sarana primer pembentukan karakter anak.
Adapun karakter baik anak adalah investasi yang dapat menjadi salah satu tolak
ukur kemajuan bangsa di masa depan.
Penting bagi
perempuan untuk menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas. Berkualitas yang
dimaksud adalah memiliki kualitas secara luas dan menyeluruh mengingat peran
perempuan yang memiliki dampak jangka panjang yang besar bagi peradaban. Pada
pembukaan acara International Muslim Women Union (IMWU) 14 Februari 2015 lalu,
Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Syaifuddin mengatakan bahwa
negara yang baik ditandai dengan kaum perempuan yang baik. Menurutnya,
perempuan pada hakikatnya merupakan tiang, bahkan fondasi negara. Sebab pada
setiap pemimpin yang berhasil memimpin negara, kata beliau, ada perempuan di
sampingnya. Hal tersebut tentu menjadikan perempuan sebagai pedang bermata dua.
Kualitas perempuan yang baik akan berdampak positif secara luas. Namun
sebaliknya, jika kualitas perempuan rendah, tentu akan berdampak negatif secara
luas pula.
Perempuan sebagai
individu memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Kepekaan sosial
merupakan salah satu aspek kualitas yang penting diperhatikan perempuan sebagai
makhluk sosial. Sebagaimana ditulis oleh Kartini dalam catatan hariannya pada
Januari 1903; “Siapa yang akan menolak jika dikatakan bahwa perempuan mempunyai
tugas mulia untuk membentuk moral masyarakat?”. Lebih jauh lagi, dengan meneladani
ibunda Khadijah yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya melalui
kedermawanannya, juga ibunda Aisyah yang mengambil peran besar pada lingkungan
sosial dengan kecerdasannya. Maka perempuan, dalam memenuhi tanggung jawab
sosialnya sebagai individu dan sebagai bagian dari masyarakat, hendaknya
menyesuaikan dengan apa yang ada pada dirinya. Hendaknya ia memaksimalkan
potensi yang dimiliki demi kebermanfaatan yang besar dan meluas.
Ada begitu banyak
perempuan yang berperan serta berkontribusi di dalam sejarah peradaban manusia.
Baik itu yang secara terang-terangan, maupun yang tidak tertulis dan tidak
tercatat dalam lembar catatan sejarah. Perkembangan
peran perempuan di masyarakat menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal
tersebut tentu menunjukkan suatu hal positif selagi perempuan menjalankan
perannya secara tepat dan komprehensif. Namun sayangnya, dewasa ini banyak
terjadi pergeseran paham yang dikhawatirkan justru akan menyebabkan bumerang
tersendiri bagi perempuan. Peran perempuan pada sektor publik yang berlebihan
rentan mengganggu perannya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya baik sadar
maupun tidak. Maka dari itu, peran perempuan dalam sejarah peradaban manusia
memiliki artian yang luas sejauh perempuan memiliki pemahaman baik akan dirinya
dan hal apa yang selayaknya ia lakukan dalam peradaban itu sendiri.
Ada perempuan yang
sukses mengelaborasikan perannya, baik itu sebagai seorang ibu maupun pemenuhan
tanggung jawab sosialnya sebagai individu di tengah-tengah masyarakat. Di
Indonesia pada generasi awal, salah satunya yaitu Nyonya Abdoerachman yang
mendirikan berbagai sarana untuk masyarakat mulai dari mendirikan Sekolah
Kartini, sebagai pencetus organisasi Kemadjuan Istri yang memperkenalkan
beberapa pelatihan tentang cara mengasuh dan membesarkan anak, hingga
mendirikan konsultasi gizi untuk anak-anak hasil kerjasama dengan seorang
pejabat WHO, Dr. J. H. de Haas. Bukan hanya itu, tapi beliau juga memberikan
pendidikan membaca AlQuran, sejarah Jawa, dan pendidikan modern hingga tingkat
universitas kepada anak-anaknya sepeninggalan sang suami.
Kisah Nyonya
Abdoerachman secara tidak langsung mengamini pernyataan yang tertulis di atas,
bahwa ibu yang cerdas akan mencerdaskan bangsanya. Kualitas perempuan dalam
lingkugan sosial baik itu kualitas berinteraksi dengan masyarakat, memenuhi
tanggung jawab sosialnya dalam membangun moral, maupun kontribusi sesuai
potensi yang ia miliki, sejatinya merupakan bekal bagi perempuan dalam proses
pengasuhan tumbuh-kembang anak-anaknya kelak. Bahkan boleh jadi dari sanalah anak-anaknya
kelak terinspirasi dan memiliki semangat juang untuk turut berkiprah menebar
kebermanfaatan di masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Membicarakan kontribusi perempuan pada pembangunan
bangsa tentu tidak bertumpu pada persoalan pendidikan dan pengasuhan anak
semata. Melainkan juga dari segi perekonomian. Tidak dapat dipungkiri, ada
begitu banyak masyarakat kita yang perempuanya turut bekerja mencari nafkah
demi kelangsungan hidup keluarga. Bahkan semakin kesini hal tersebut semakin
lumrah dan dianggap biasa. Sejatinya, perempuan yang bekerja di rumah sebagai
ibu rumah tangga pun sebenarnya memiliki kontribusi terhadap perekonomian
bangsa. Bahkan dapat dikatakan memberi sumbangsih yang besar. Hanya saja dalam perhitungan ekonomi negara, hal tersebut tidak
diperhitungkan secara eksakta sebab tidak mudah mengkonversinya menjadi satuan
angka.
Namun demikian,
kontribusi terbesar perempuan terhadap pembangunan bangsa tetap terletak pada
perannya sebagai seorang ibu. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa
peran seorang ibu ialah sebagai madrasah, sebagai sekolah yang pertama dan
utama bagi anak-anaknya. Maka peran perempuan sejatinya sangat strategis. Tidak
hanya saat anak-anaknya berada pada usia kanak-kanak, melainkan perannya
berkelanjutan hingga mereka tumbuh dewasa dan membentuk keluarga sendiri.
Dampak yang diberikan barang tentu tidak secara instan dan mungkin tidak
terlihat secara langsung. Akan tetapi, secara tidak langsung akan ada begitu
banyak ranah pembangunan bangsa yang diwarnai oleh dukungan perempuan.
Maka ketika kita
bicara tentang perempuan, artinya kita bicara tentang sosok ibu –yang di bawah
telapak kakinya lah surga dikabarkan berada. Surga ada di telapak kaki ibu;
ialah sebuah kalimat sederhana yang mengandung begitu banyak makna. Jika
seorang perempuan memiliki kualitas baik, maka baik pula lah kualitas anaknya,
baik pula kelak bangsanya. Disanalah ‘surga’ itu ada. Sebaliknya, jika kualitas
perempuan pada suatu bangsa rendah, maka tidak heran jika masa depan bangsa
tersebut dikhawatirkan kemajuannnya. Akhirnya, semoga jumlah perempuan kita
yang jumlahnya lebih dari setengah dari total ini menjadi potensi positif bagi
masa depan dan pembangunan bangsa, bukan sebaliknya.
Referensi:
Puspitawati, Herien. 2012. Gender
dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: IPB Press.
Steurs, Cora
Vreede-de Stuers. 2008. Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan Pencapaian.
Elvira Rosa, Paramita Ayuingtyas, Dwi Istiani, Penerjemah. Depok: Komunitas
Bambu. Terjemahan dari: The Indonesian Women: Struggles and Achievement.
Tulisan ini dibuat dalam partisipasi lomba menulis artikel oleh Jasmine tentang Manner in Move seorang perempuan.