Tuesday, November 5, 2013

Selaksa (Rindu)

Wanita paruh baya itu duduk di tepi pelabuhan. Kedua matanya memandang teduh laut yang luas menghampar. Menerka; sedang apa gerangan hatinya merasa. Bertanya; apa rencana Tuhan yang hendak ditujukan padanya. Ia tak pernah berfikir rumit. Sederhana. Hidup ini adalah urusan pribadinya bersama Tuhan. Tidak kurang, tidak lebih. Maka ketika ia ditinggal pergi dua orang terkasihnya pun, tak ada tanya mengapa. Maka ketika menyadari dirinya sebatang kara pun, wanita itu hanya tahu bagaimana berusaha tuk menyambung hidup. Ia menarik segala harap pada manusia. Garis bijak wajahnya mengatakan bahwa menaruh harap pada selain Rabb Izzati akan berujung pada kecewa. Rumus hidupnya hanya satu: bersyukur.

Tapi ada apa gerangan senja itu? Hatinya begitu tak menentu. Ada semacam harap yang membuncah. Ada semacam rindu yang melanda. Wahai alam, ternyata rumus itu tetaplah berlaku. Hati manusia adalah media rekam hebat yang pandai memilah urut bedasarkan prioritas kesan. Ada yang tersimpan rapi, ada yang bahkan tak melalui ruang rekam. Kehilangan dua orang terkasihnya dalam satu waktu bukanlah perkara mudah. Tapi setidaknya ia jadi memahami makna dari sebuah kalimat sederhana; “jarak adalah sebuah ujian bagi perindu, namun menjadi kenikmatan tiada tara bagi seorang pendoa.”


2 comments:

  1. Rindu membuat sepotong kisah sederhana menjadi mewah
    Rindu membuat hal biasa menjadi romantis tak terkira--
    Rindu membuat rasa sayang semakin membuncah :-)
    Rindu adalah semangat mempersembakan yang terbaik pada saat bertemu nanti

    ReplyDelete
    Replies
    1. kahilya ini, super sekali
      waktu lagi kangen rumah ya? ;)

      Delete